GEDUNG PENCAKAR LANGIT (Serial MERAIH KEKEKALAN CINTA_BAG 1)

Suatu hari terdengar suara berisik dari samping sekolah saya. Lokasinya persis berada disamping kelas yang waktu itu sedang saya huni. Suara berisik apakah gerangan itu ?

Rupanya, sedang ada pembangunan sebuah gedung bertingkat. Saya lupa berapa jumlah tingkatnya. Yang jelas lumayan tinggi. Dan suara berisik itu berasal dari alat pemancang pondasi.

Cukup lama suara berisik itu berlangsung. Tidak hanya sehari. Tapi beberapa hari lamanya. Sebab memang, untuk membangun sebuah gedung bertingkat dibutuhkan pondasi yang kuat dan dalam. Semakin tinggi gedung, samakin kuat dan dalam pula pondasinya. Jika tidak ditopang oleh pondasi yang bagus, maka sebuah gedung akan mudah roboh.

Nah, sama juga halnya dengan kehidupan berumah tangga. Jika kita ingin melihat rumah tangga kita tetap kokoh tinggi menjulang, kita harus bangun pondasi yang kuat. Kita perkokoh dan perdalam pondasi rumah tangga kita. Apa pondasi dalam sebuah rumah tangga? Niat!

Ya, niat adalah pondasinya dalam sebuah bangunan rumah tangga. Jika niat seseorang bagus, maka insya Allah bangunan rumah tangganya akan kuat. Namun sebaliknya, jika niatnya tidak bagus, maka bangunan rumah tangganya akan mudah roboh.

–          Bisa jadi seorang suami sedikit demi sedikit menjauhi istrinya, tatkala dia dapati istrinya sudah tak menarik lagi. Kenapa bisa begitu? Karena niatnya menikah hanyalah demi untuk menikmati kecantikan fisik semata.

–          Kemudian, bisa jadi seorang istri menjadi tidak betah lagi tinggal bersama suaminya, tatkala dia dapati suaminya sudah tak berkelimpahan harta lagi. Kok bisa? Karena niatnya menikah hanyalah demi untuk mendapatkan materi semata.

Dan, demikianlah memang realita dalam kehidupan sehari-hari. Kita tentu pernah mendengar kasus seorang suami yang sudah tak betah lagi di rumah. Alasannya karena sang istri sudah tidak cantik lagi di matanya. Dia pun kemudian lebih memilih untuk memuaskan nafsu syahwatnya di tempat-tempat prostitusi. Na’udzubillah min dzalik. (Saya pernah mendengar kisah ini di sebuah media).

Ada juga kisah yang pernah saya baca, tentang seorang istri yang tega meninggalkan suaminya dalam keadaan sakit. Dia kabur dari rumah karena tak tahan dengan kemiskinan yang tengah dihadapi keluarganya. Dia tinggalkan suami dan anaknya yang masih kecil.

Kenapa bisa terjadi hal-hal yang seperti ini? Ya itu tadi. Bisa jadi hal ini disebabkan oleh tidak benarnya niat mereka dalam berumah tangga. Mereka menyandarkan niatnya dengan segala sesuatu yang bersifat duniawi. Sebagaimana kita ketahui bersama, segala sesuatu yang bersifat duniawi akan sirna, cepat atau lambat.

Lalu, kepada apakah seharusnya kita tujukan niat kita itu?

Ya, tentu saja kepada sesuatu yang bersifat kekal. Kita tujukan niat kita untuk hal-hal yang bersifat ukhrawi yang kekal abadi.

–          Kita niatkan hidup berumah tangga dalam rangka melaksanakan perintah Allah Subahanhu wa Ta’ala dan Rasulnya.

–          Kita niatkan hidup berumah tangga dalam rangka membantu kekhusyukan kita dalam beribadah.

–          Kita niatkan kehidupan beruma tangga dalam rangka meraih ridho-Nya.

–          Kita niatkan…………..

–          Kita niatkan………….

–          Kita niatkan segalanya itu IKHLAS lillaahi ta’ala.

>>> Dengan Niat yang IKHLAS

Dengan niat yang IKHLAS, insya Allah bangunan rumah tangga kita akan kokoh dan kuat. Dengan niat yang IKHLAS, insya Allah bangunan rumah tangga kita akan sanggup menahan terpaan badai dan gelombang.

Sekarang coba kita lihat kehidupan rumah tangga Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Bacalah kisah kehidupan rumah tangga beliau saat masih bersama istrinya tercinta Khadijah Radhiyallahu ‘anha. Ujian datang bertubi-tubi kepada mereka. Pernah mereka mengalami pemboikotan oleh orang-orang kafir Quraisy. Mereka hidup susah dengan makan seadanya. Namun, rumah tangga mereka tetap harmonis. Mereka tetap hidup bersama tanpa pernah berkeluh kesah. Kok bisa? Tentu saja, karena keikhlasan mereka dalam membangun rumah tangga.

Baca juga kisah Nabi Ibrahim ‘alaihisallam bersama istrinya Hajar. Pernah suatu ketika Nabi Ibrahim meninggalkan istrinya berdua bersama anaknya yang masih kecil di sebuah padang tandus yang sepi dan tak berpenghuni. Namun kehidupan rumah tangga mereka tetap kekal abadi. Kok bisa? Tentu saja karena keikhlasan mereka dalam membangun rumah rangga.

Jadi terbuktilah bahwa keikhlasan itu sanggup untuk membuat bangunan rumah tangga seseorang tetap kokoh tinggi menjulang. Tak mudah hancur dan roboh dengan terjangan badai.

Cinta karena wajah akan segera sirna,

Cinta karena harta akan segera musnah,

Namun, cinta karena Allah….

Akan tetap kekal selamanya.

“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekallah wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar-Rahmaan [55]: 26-27)

Terakhir, ada sebuah kisah menarik tentang Imam Malik rahimahullah. Beliau adalah gurunya Imam Asy-Syafi’I rahimahullah. Belia adalah penulis kitab hadits terkenal yang berjudul al-Muwatha.

Suatu hari, saat beliau menyusun Kitab al-Muwatha, ada yang berkata kepada beliau.

“Wahai Imam, bukankah sudah banyak kitab al-Muwatha. Kenapa engkau masih menulisnya juga?”.

Kemudian beliau pun menjawab dengan sebuah jawaban yang indah yang pantas kiranya ditulis dengan tinta emas dan diukir di dalam dada-dada kita, kaum Muslimin.

Beliau berkata, “Apa yang diperuntukkan untuk Allah (Ikhlas karena Allah), maka akan tetap kekal abadi.”

Kemudian apa yang terjadi? Hingga kini, kitab Al-Muwatha yang dikenal ummat Islam hanyalah Kitab Al-Muwatha karya Imam Malik. Sehingga, kalau disebut kata Al-Muwatha, pasti yang ada di benak setiap orang adalah kitab Al-Muwathanya Imam Malik rahimahullah.

Jadi, benarlah ucapan beliau. Apa yang diperuntukkan untuk Allah, ikhlas karena Allah, akan tetap kekal abadi. Maka, jika kita ingin cinta kita kekal abadi, jika kita ingin rumah tangga kita kekal abadi, maka niatkanlah untuk Allah Subahanahu wa Ta’ala. Niatkanlah dalam kita berumah tangga, demi mengharap keridhoannya semata.

Demikian saja. Semoga bermanfaat.

Bogor, 23 November 2012

Muhammad Mujianto al-Batawie.

Leave a comment